Monday, December 21, 2009
Future Computer ( TECH - wOw )
Future Computer ( TECH - wOw )
Future Computer ( TECH - wOw ) The future is looking good JavaScript is disabled! To display this...
Future Computer ( TECH - wOw )
Future Computer ( TECH - wOw ) The future is looking good JavaScript is disabled! To display this...
© 2009 - crazy pictures and videos
Friday, May 1, 2009
Banduan yang pintar
Ada seorang Aceh dari kabupaten Pidie, menulis surat ke anaknya yang ada dipenjara Nusa Kambangan karena dituduh terlibat GAM (Gerakan Aceh Merdeka).
Bunyinya: "Hasan, bapakmu ini sudah tua, sekarang sedang musim tanam jagung, dan kamu ditahan di penjara pula, siapa yang mau bantu bapak mencangkul kebun jagung ini?"
Eh, anaknya membalas surat itu beberapa minggu kemudian. "Demi Tuhan, jangan cangkul itu kebun, saya tanam senjata di sana," kata si anak dalam surat itu.
Rupanya surat itu disensor pihak rumah tahanan, maka keesokan harinya setelah si bapak terima surat, datang satu peleton tentara dari kota Medan.
Tanpa banyak bicara mereka segera ke kebun jagung dan sibuk seharian mencangkul tanah di kebun tersebut. Setelah mereka pergi, kembali si bapak tulis surat ke anaknya.
"Hasan, setelah bapak terima suratmu, datang satu peleton tentara mencari senjata di kebun jagung kita, namun tanpa hasil. Apa yang harus bapak lakukan sekarang?"
Si anak kembali membalas surat tersebut, "Sekarang bapak mulai tanam jagung aja, kan udah dicangkul sama tentara, dan jangan lupa ngucapin terima kasih sama mereka."
Pihak rumah tahanan yang menyensor surat ini langsung pingsan.
Ada seorang Aceh dari kabupaten Pidie, menulis surat ke anaknya yang ada dipenjara Nusa Kambangan karena dituduh terlibat GAM (Gerakan Aceh Merdeka).
Bunyinya: "Hasan, bapakmu ini sudah tua, sekarang sedang musim tanam jagung, dan kamu ditahan di penjara pula, siapa yang mau bantu bapak mencangkul kebun jagung ini?"
Eh, anaknya membalas surat itu beberapa minggu kemudian. "Demi Tuhan, jangan cangkul itu kebun, saya tanam senjata di sana," kata si anak dalam surat itu.
Rupanya surat itu disensor pihak rumah tahanan, maka keesokan harinya setelah si bapak terima surat, datang satu peleton tentara dari kota Medan.
Tanpa banyak bicara mereka segera ke kebun jagung dan sibuk seharian mencangkul tanah di kebun tersebut. Setelah mereka pergi, kembali si bapak tulis surat ke anaknya.
"Hasan, setelah bapak terima suratmu, datang satu peleton tentara mencari senjata di kebun jagung kita, namun tanpa hasil. Apa yang harus bapak lakukan sekarang?"
Si anak kembali membalas surat tersebut, "Sekarang bapak mulai tanam jagung aja, kan udah dicangkul sama tentara, dan jangan lupa ngucapin terima kasih sama mereka."
Pihak rumah tahanan yang menyensor surat ini langsung pingsan.
Saturday, March 21, 2009
KISAH UNGGUL MULLA OMAR VS USAMA B LADEN
KISAH UNGGUL sampainya Usamah bin Ladin ke Afghanistan dan perjuangannya bersama Amirul Mukminin Mulla Muhammad Umar Mujahid
Ba'da shalat asar, seorang Mulla yang secara rutin mengajar di Masjid Jami' di Kandahar duduk dengan punggung bersandar di tembok salah satu pojok masjid. Lalu, puluhan anak muda dilihat bergegas menuju ke arahnya dan kemudian duduk mengelilinginya. Setelah melihat semua muridnya duduk dengan disiplin, Mulla mulai berbicara sambil memperlihatkan buku yang ia bawa: "Saya membawa buku Sejarah Kandahar, dan hari ini kita akan membaca kisah seorang Mujahid bernama Usamah."
Mullah Muhammad Umuar Mujahid -Hafizahullah-
Lalu ia memberikan buku itu kepada seorang siswa yang duduk paling dekat dengannya dna meminta siswanya itu untuk membaca dengan suara yang lantang agar bisa terdengar oleh kawan-kawannya yang lain. Anak muda itu menerima buku dengan santun dann antusias. Dia terlihat sangat senang mendapat tugas dari Mulla. Lalu, dia mulai membuka indeks buku dan memilih judul “Kisah sampainya Usamah bin Ladin ke Afghanistan dan perjuangannya bersama Amirul Mukminin Mulla Muhammad Umar Mujahid”. Lalu dia memulainya dengan membaca Basmallah dan memuji Allah SWT, kemudian dia membaca buku itu keras-keras:
“Di bulan Muharram 1417 H, Usamah tiba di Kandahar. Ia diusir karena kesungguhannya dalam menolak bergabung untuk memberhalakan Amerika. Dia memutuskan untuk memerangi Amerika, namun dia tidak menerima respon yang baik dari rakyatnya kecuali beberapa orang saja dan juga beberapa orang dari negara lain yang ingin bergabung dengannya...namun kondisi mereka semua lemah dan tak berdaya.
Lalu, Usamah berusaha mendekati para pemimpin Arab, meminta pertolongan dan jaminan tempat tinggal hidup yang aman baginya dan pengikutnya untuk mempersiapkan perang terhadap Amerika.
Suatu hari, ia mendengar rencana penerapan undang-undang Syariah Islam di Sudan. Oleh karena itu, dia mengutus seseorang untuk menemui 'Sang Raja' Sudan meminta jaminan atas tempat hidup yang aman baginya dan pengikutnya.
'Raja' itu mengatakan, “Pintu selalu terbuka dan negeri kami milik siapa saja... silahkan datang sebagai seorang tamu terhormat... simpanlah kekayaan anda di sini dan jika anda berkenan, bergabunglah dengan Jihad kami, memerangi pemberontak Sudan yang dipimpin oleh John Garang."
Usamah sangat bahagia mendengar jawaban tersebut dan ia segera bersiap-siap untuk hijrah ke Sudan. Lalu, ia tinggal di sana dan mendirikan berbagai Mu’askar (Kem Tentara) dan melatih Mujahidin bersama para pejuang 'Sang Raja', dan mereka bahagia di sana waktu itu... bersamaan dengan berkembangnya negara tersebut, jalan-jalan diperbaiki, pasar-pasar direnovasi, dan negara tersebut menjadi lebih sejahtera.
Suatu hari, Amerika mendesak 'Sang Raja' dan mengatakan, “Usirlah mereka dari negara anda”. 'Sang Raja' mengiyakan, "Baiklah. Perintah anda sangat kami hargai, dalam rangka membuat kesenangan anda."
'Sang Raja' kembali menemui Usamah dan mengatakan padanya: "Pergilah dari negara kami... !!!” Usamah menjawab, “Bukankah kita telah berjanji untuk berjihad bersama?”
'Sang Raja' menjawab, “Benar... Tetapi hanya Jihad melawan John Garang, bukan Amerika.” Usamah yang dijawab, “Sejak dulu, saya justru bermaksud untuk menghancurkan Amerika dan semua sekutunya."
'Sang Raja' menimpali, "Kita tidak memiliki kekuatan... tolong pergi dari negeri kami."
Mulla memberi tanda pada muridnya, yang begitu tenggelam dalam bacaannya, untuk berhenti. Mulla hendak memberikan sedikit penjelasan. Mulla mengatakan:
“Dalam kasus Usamah tadi, nyata sekali bahwa Sudan lebih takut pada Amerika daripada Allah SWT, dan pada waktu itu Sudan bingung karena dengan diusirnya Usamah pergi, maka kekayaan Usamah yang telah menopang perekonomian Sudan pun akan lenyap. Namun ketakutan 'Sang Raja' Sudan terhadap Amerika rupanya lebih besar daripada keprihatinannya terhadap warganegaranya sendiri, yakni dengan memilih mengusir Usamah demi menyenangkan Amerika, meskipun Amerika tidak senang pada 'Raja' Sudan, sehingga 'Sang Raja' dipaksa lengser dari jabatannya dan diganti oleh John Garang.”
Kemudian Mulla berkata, “Sekarang... lanjutkan, Nak!"
Pemuda yang terlena dalam penjelasan Mulla terkejut dan dengan cepat mencari baris terakhir yang telah dibacanya... Lalu, dia melanjutkan bacaannya, “Usamah harus menemukan orang yang bersedia meyakinkan dan menolongnya dalam menghancurkan Amerika.
Lalu, dia mendengar kembali bahwa Syariah Islam dilaksanakan di Kandahar oleh sebuah komunitas yang menamakan dirinya Taliban. Mereka dituntun oleh seorang laki-laki pemberani bernama Mulla Muhammad Umar Mujahid sebagai seorang Amir. Lalu, Usamah mengirim seorang utusan kepadanya.
Amir Taliban mengatakan: “Mari angkat senjata... dan perangi pemberontak dan pencuri di negeri kami."
Usamah menjawab: “Tujuan kami adalah menghancurkan Amerika.”
Amir menjawab: "Allaahu akbar... Menghancurkan mereka adalah kesenangan kami."
Usamaha berkata: "Jangan hanya kesenangan... Tapi dalam rangka Jihad fii Sabiilillah."
Amir menjawab: "Tentu saja kami adalah para pejuang Jihad dan kami adalah anak-anak yang lahir bersama desing peluru. Perang adalah ibu yang menyusui dan memberi kami makan."
Usama bertanya: "Apakah anda berkenan untuk menyertai saya memerangi tentara salibis?"
Amir menjawab: "Perang dan berdamailah dengan siapapun yang anda inginkah, berhubunganlah dengan siapapun yang anda kehendaki, ambillah apapun dan sebanyak apapun yang anda inginkan dari milik kami, kami tentu akan bersabar dalam perjuangan ini dan kami akan selalu berani untuk maju, sekalipun anda mempersilahkan kami mengarungi benua untuk berperang dengan Amerika, kami jamin, kami akan mewujudkannya bersama anda”
Usamah mengatakan: “Tapi kalian semua sekalian akan ditembak dengan anak panah oleh orang seluruh Arab dan Roma dari arah yang sama.”
Amir menjawab: “Percayalah, semua yang itu tidak akan pernah terjadi kecuali jika al Khaliq menghendaki semua itu terjadi.”
Usamah mengatakan: “Namun Amerika akan datang dan membayar suku-suku yang ada untuk menghentikan anda.”
Amir menjawab: “Allah ialah pelindung kami… sedangkan mereka tidak memiliki satupun pelindung."
Usamah masih belum yakin, dan oleh karen itu ia berkata: “Apakah anda tahu Amerika memiliki pasukan bersenjata yang luar biasa dan juga pedang yang sangat tajam? Mereka akan datang dan menyerbu negara anda."
Amir menjawab: "Ya, kami mengetahuinya, namun kami tidak berbicara layaknya umat Nabi Musa as berbicara pada nabi mereka, "Pergilah bersama Tuhanmu, dan berperanglah kalian berdua, sedangkan kami duduk di sini (dan melihat kalian)." Sungguh, wahai Usamah, kami akan melindungi anda dari sebelah kanan dan kiri, dari depan dan belakang anda, dengan harapan semoga Allah menunjukkan apapun yang membuat hati anda bahagia. Sungguh negara ini belum pernah diserbu oleh tentara mana pun, mereka pasti akan berlari pontang-panting… kecuali angkatan perang Qutaibah”
Usamah mengatakan: “Umat manusia tidak akan pernah mau berteman dengan anda dan seluruh penduduk bumi akan meninggalkan anda.”
Amir mengatakan: “Cukup bagi kami keberadaan Allah, dan jika Dia berkehendak, Dialah yang akan mempersatukan kami dengan penduduk Firdaus di surga kelak.”
Usamah mengatakan: “Mereka akan memboikot anda dan membiarkan anda kelaparan.”
Amir menjawab: “Sungguh hanya Allah Yang Maha Pemberi dan hanya Dia Yang Maha Memiliki Kekuasaan.”
Usamah mengatakan: “Mereka hanya ingin menangkap saya."
Amir menjawab: "Tenanglah... Mereka tidak akan pernah bisa menyentuh anda selama mata kami masih terbuka."
Usamah menjawab: "Berkenankah kalian melindungi saya seperti kalian melindungi anak dan istri kalian?"
Amir menjawab: "Ya, demi Allah. Sebenarnya kami pun akan mengeluarkan mereka dari rumah agar anda bisa tinggal di rumah kami. Darah sebaiknya dibayar dengan darah, begitupun dengan kerusakan. Hantam lawan dan jangan lupa ucapkan Basmallah, Hantam…!!! Kami bersedia mengorbankan anak dan istri kami. Hantam musuh dan berlindunglah di belakang kami, biarkan leher kami tercekik selama leher anda aman. Teruskan perjuangan anda, semoga Rabbul Jabbar selalu bersama dengan kita.”
Tiba-tiba, anak muda berhenti membaca ketika dia mendengar Mulla tersedu menahan tangis. Dia terkejut melihat Mulla berusaha menyeka wajahnya dengan turban dan badannya menggigil ketika ia tak mampu menahan tangis sembari terus-menerus meneriakkan takbir, semua anak muda yang ada di sana diam, tak mampu berbicara sepatah kata pun.
Mulla mulai menyeka kembali sudut matanya yang dipenuhi air mata, dan kemudian berkata, "Saya sudah membaca banyak buku sejarah, tapi selain kisah mereka, saya belum pernah menemukan orang yang begitu saling mempercayai ketika menolong orang lain yang membutuhkan, kecuali kaum Aus dan Khazraj, kaum Ansar yang menolong Rasulullah saw.
"Lihatlah kuburan mereka dari tepi gunung Tora Bora, Shahikot, Kandahar dan Kabul… gunung-gunung itu adalah saksi bahwa mereka memang orang-orang pemberani… Saya mendengar pasukan Salibis telah menangkap salah satu dari mereka… lalu orang itu didesak untuk mengatakan dimana Usamah bersembunyi… ia diiming-imingi dengan pembebasan dan uang dengan jumlah besar… tetapi dia menjawab, “Demi Allah, kalaupun Usamah bersembunyi di bawah kaki saya, saya tidak akan pernah mengangkatnya dan memperlihatkannya padamu.”".
Lalu isak tangis kembali terdengar dari arah Mulla… dan kali ini makin keras… rupanya Mulla tidak bisa meneruskan majelis ta'limnya hari itu… dia bangun, meninggalkan murid-muridnya, dan menangis... (arrahmah.com/ash/tum)
Ba'da shalat asar, seorang Mulla yang secara rutin mengajar di Masjid Jami' di Kandahar duduk dengan punggung bersandar di tembok salah satu pojok masjid. Lalu, puluhan anak muda dilihat bergegas menuju ke arahnya dan kemudian duduk mengelilinginya. Setelah melihat semua muridnya duduk dengan disiplin, Mulla mulai berbicara sambil memperlihatkan buku yang ia bawa: "Saya membawa buku Sejarah Kandahar, dan hari ini kita akan membaca kisah seorang Mujahid bernama Usamah."
Mullah Muhammad Umuar Mujahid -Hafizahullah-
Lalu ia memberikan buku itu kepada seorang siswa yang duduk paling dekat dengannya dna meminta siswanya itu untuk membaca dengan suara yang lantang agar bisa terdengar oleh kawan-kawannya yang lain. Anak muda itu menerima buku dengan santun dann antusias. Dia terlihat sangat senang mendapat tugas dari Mulla. Lalu, dia mulai membuka indeks buku dan memilih judul “Kisah sampainya Usamah bin Ladin ke Afghanistan dan perjuangannya bersama Amirul Mukminin Mulla Muhammad Umar Mujahid”. Lalu dia memulainya dengan membaca Basmallah dan memuji Allah SWT, kemudian dia membaca buku itu keras-keras:
“Di bulan Muharram 1417 H, Usamah tiba di Kandahar. Ia diusir karena kesungguhannya dalam menolak bergabung untuk memberhalakan Amerika. Dia memutuskan untuk memerangi Amerika, namun dia tidak menerima respon yang baik dari rakyatnya kecuali beberapa orang saja dan juga beberapa orang dari negara lain yang ingin bergabung dengannya...namun kondisi mereka semua lemah dan tak berdaya.
Lalu, Usamah berusaha mendekati para pemimpin Arab, meminta pertolongan dan jaminan tempat tinggal hidup yang aman baginya dan pengikutnya untuk mempersiapkan perang terhadap Amerika.
Suatu hari, ia mendengar rencana penerapan undang-undang Syariah Islam di Sudan. Oleh karena itu, dia mengutus seseorang untuk menemui 'Sang Raja' Sudan meminta jaminan atas tempat hidup yang aman baginya dan pengikutnya.
'Raja' itu mengatakan, “Pintu selalu terbuka dan negeri kami milik siapa saja... silahkan datang sebagai seorang tamu terhormat... simpanlah kekayaan anda di sini dan jika anda berkenan, bergabunglah dengan Jihad kami, memerangi pemberontak Sudan yang dipimpin oleh John Garang."
Usamah sangat bahagia mendengar jawaban tersebut dan ia segera bersiap-siap untuk hijrah ke Sudan. Lalu, ia tinggal di sana dan mendirikan berbagai Mu’askar (Kem Tentara) dan melatih Mujahidin bersama para pejuang 'Sang Raja', dan mereka bahagia di sana waktu itu... bersamaan dengan berkembangnya negara tersebut, jalan-jalan diperbaiki, pasar-pasar direnovasi, dan negara tersebut menjadi lebih sejahtera.
Suatu hari, Amerika mendesak 'Sang Raja' dan mengatakan, “Usirlah mereka dari negara anda”. 'Sang Raja' mengiyakan, "Baiklah. Perintah anda sangat kami hargai, dalam rangka membuat kesenangan anda."
'Sang Raja' kembali menemui Usamah dan mengatakan padanya: "Pergilah dari negara kami... !!!” Usamah menjawab, “Bukankah kita telah berjanji untuk berjihad bersama?”
'Sang Raja' menjawab, “Benar... Tetapi hanya Jihad melawan John Garang, bukan Amerika.” Usamah yang dijawab, “Sejak dulu, saya justru bermaksud untuk menghancurkan Amerika dan semua sekutunya."
'Sang Raja' menimpali, "Kita tidak memiliki kekuatan... tolong pergi dari negeri kami."
Mulla memberi tanda pada muridnya, yang begitu tenggelam dalam bacaannya, untuk berhenti. Mulla hendak memberikan sedikit penjelasan. Mulla mengatakan:
“Dalam kasus Usamah tadi, nyata sekali bahwa Sudan lebih takut pada Amerika daripada Allah SWT, dan pada waktu itu Sudan bingung karena dengan diusirnya Usamah pergi, maka kekayaan Usamah yang telah menopang perekonomian Sudan pun akan lenyap. Namun ketakutan 'Sang Raja' Sudan terhadap Amerika rupanya lebih besar daripada keprihatinannya terhadap warganegaranya sendiri, yakni dengan memilih mengusir Usamah demi menyenangkan Amerika, meskipun Amerika tidak senang pada 'Raja' Sudan, sehingga 'Sang Raja' dipaksa lengser dari jabatannya dan diganti oleh John Garang.”
Kemudian Mulla berkata, “Sekarang... lanjutkan, Nak!"
Pemuda yang terlena dalam penjelasan Mulla terkejut dan dengan cepat mencari baris terakhir yang telah dibacanya... Lalu, dia melanjutkan bacaannya, “Usamah harus menemukan orang yang bersedia meyakinkan dan menolongnya dalam menghancurkan Amerika.
Lalu, dia mendengar kembali bahwa Syariah Islam dilaksanakan di Kandahar oleh sebuah komunitas yang menamakan dirinya Taliban. Mereka dituntun oleh seorang laki-laki pemberani bernama Mulla Muhammad Umar Mujahid sebagai seorang Amir. Lalu, Usamah mengirim seorang utusan kepadanya.
Amir Taliban mengatakan: “Mari angkat senjata... dan perangi pemberontak dan pencuri di negeri kami."
Usamah menjawab: “Tujuan kami adalah menghancurkan Amerika.”
Amir menjawab: "Allaahu akbar... Menghancurkan mereka adalah kesenangan kami."
Usamaha berkata: "Jangan hanya kesenangan... Tapi dalam rangka Jihad fii Sabiilillah."
Amir menjawab: "Tentu saja kami adalah para pejuang Jihad dan kami adalah anak-anak yang lahir bersama desing peluru. Perang adalah ibu yang menyusui dan memberi kami makan."
Usama bertanya: "Apakah anda berkenan untuk menyertai saya memerangi tentara salibis?"
Amir menjawab: "Perang dan berdamailah dengan siapapun yang anda inginkah, berhubunganlah dengan siapapun yang anda kehendaki, ambillah apapun dan sebanyak apapun yang anda inginkan dari milik kami, kami tentu akan bersabar dalam perjuangan ini dan kami akan selalu berani untuk maju, sekalipun anda mempersilahkan kami mengarungi benua untuk berperang dengan Amerika, kami jamin, kami akan mewujudkannya bersama anda”
Usamah mengatakan: “Tapi kalian semua sekalian akan ditembak dengan anak panah oleh orang seluruh Arab dan Roma dari arah yang sama.”
Amir menjawab: “Percayalah, semua yang itu tidak akan pernah terjadi kecuali jika al Khaliq menghendaki semua itu terjadi.”
Usamah mengatakan: “Namun Amerika akan datang dan membayar suku-suku yang ada untuk menghentikan anda.”
Amir menjawab: “Allah ialah pelindung kami… sedangkan mereka tidak memiliki satupun pelindung."
Usamah masih belum yakin, dan oleh karen itu ia berkata: “Apakah anda tahu Amerika memiliki pasukan bersenjata yang luar biasa dan juga pedang yang sangat tajam? Mereka akan datang dan menyerbu negara anda."
Amir menjawab: "Ya, kami mengetahuinya, namun kami tidak berbicara layaknya umat Nabi Musa as berbicara pada nabi mereka, "Pergilah bersama Tuhanmu, dan berperanglah kalian berdua, sedangkan kami duduk di sini (dan melihat kalian)." Sungguh, wahai Usamah, kami akan melindungi anda dari sebelah kanan dan kiri, dari depan dan belakang anda, dengan harapan semoga Allah menunjukkan apapun yang membuat hati anda bahagia. Sungguh negara ini belum pernah diserbu oleh tentara mana pun, mereka pasti akan berlari pontang-panting… kecuali angkatan perang Qutaibah”
Usamah mengatakan: “Umat manusia tidak akan pernah mau berteman dengan anda dan seluruh penduduk bumi akan meninggalkan anda.”
Amir mengatakan: “Cukup bagi kami keberadaan Allah, dan jika Dia berkehendak, Dialah yang akan mempersatukan kami dengan penduduk Firdaus di surga kelak.”
Usamah mengatakan: “Mereka akan memboikot anda dan membiarkan anda kelaparan.”
Amir menjawab: “Sungguh hanya Allah Yang Maha Pemberi dan hanya Dia Yang Maha Memiliki Kekuasaan.”
Usamah mengatakan: “Mereka hanya ingin menangkap saya."
Amir menjawab: "Tenanglah... Mereka tidak akan pernah bisa menyentuh anda selama mata kami masih terbuka."
Usamah menjawab: "Berkenankah kalian melindungi saya seperti kalian melindungi anak dan istri kalian?"
Amir menjawab: "Ya, demi Allah. Sebenarnya kami pun akan mengeluarkan mereka dari rumah agar anda bisa tinggal di rumah kami. Darah sebaiknya dibayar dengan darah, begitupun dengan kerusakan. Hantam lawan dan jangan lupa ucapkan Basmallah, Hantam…!!! Kami bersedia mengorbankan anak dan istri kami. Hantam musuh dan berlindunglah di belakang kami, biarkan leher kami tercekik selama leher anda aman. Teruskan perjuangan anda, semoga Rabbul Jabbar selalu bersama dengan kita.”
Tiba-tiba, anak muda berhenti membaca ketika dia mendengar Mulla tersedu menahan tangis. Dia terkejut melihat Mulla berusaha menyeka wajahnya dengan turban dan badannya menggigil ketika ia tak mampu menahan tangis sembari terus-menerus meneriakkan takbir, semua anak muda yang ada di sana diam, tak mampu berbicara sepatah kata pun.
Mulla mulai menyeka kembali sudut matanya yang dipenuhi air mata, dan kemudian berkata, "Saya sudah membaca banyak buku sejarah, tapi selain kisah mereka, saya belum pernah menemukan orang yang begitu saling mempercayai ketika menolong orang lain yang membutuhkan, kecuali kaum Aus dan Khazraj, kaum Ansar yang menolong Rasulullah saw.
"Lihatlah kuburan mereka dari tepi gunung Tora Bora, Shahikot, Kandahar dan Kabul… gunung-gunung itu adalah saksi bahwa mereka memang orang-orang pemberani… Saya mendengar pasukan Salibis telah menangkap salah satu dari mereka… lalu orang itu didesak untuk mengatakan dimana Usamah bersembunyi… ia diiming-imingi dengan pembebasan dan uang dengan jumlah besar… tetapi dia menjawab, “Demi Allah, kalaupun Usamah bersembunyi di bawah kaki saya, saya tidak akan pernah mengangkatnya dan memperlihatkannya padamu.”".
Lalu isak tangis kembali terdengar dari arah Mulla… dan kali ini makin keras… rupanya Mulla tidak bisa meneruskan majelis ta'limnya hari itu… dia bangun, meninggalkan murid-muridnya, dan menangis... (arrahmah.com/ash/tum)
Saturday, February 28, 2009
PERLU LEBIH KUAT KERANA KEHIDUPAN AKAN SEMAKIN SUKAR
PERLU LEBIH KUAT KERANA KEHIDUPAN AKAN SEMAKIN SUKAR
Kehidupan kita secara beransur-ansur akan berubah. Masuk ke alam kerjaya. Ada keluarga dan anak-anak. Kenalan semakin meluas dan pelbagai ragamnya.Keperluan kewangan semakin meningkat. Tanggungjawab semakin berat. Semua pihak mula menuntut sesuatu dari kita; dari ibu bapa,anak-anak, suami atau isteri, majikan, , rakan-rakan, kenalan dan sebagainya. Usia pula semakin menua, sekali gus menjadikan jasad tidak selincah dulu.
Ujian dan Tekanan Sunnah Kehidupan
Hari-hari yang dilalui diharapkan semakin mudah, tetapi rupa-rupanya ia tidak berlaku sedemikian. Sebaliknya kita semakin susah. Terlalu banyak perkara di dalam kehidupan ini yang menguji dan menambah tekanan.
Sebelum ini kita mungkin tertekan dengan study dan exam. Rupa-rupanya alam kerjaya tanpa study dan exam jauh lebih berat dan lebih mencabar.
Sebelum ini kita mungkin tertekan kerana hidup seorang diri tanpa pasangan hidup. Rupa-rupanya alam rumahtangga menyelesaikan sebahagian masalah tetapi mengundang masalah lain yang lebih besar.
Semasa bergaji kecil, kita berasa tertekan lalu berusaha untuk mendapatkan pendapatan yang lebih besar. Dapat pendapatan besar, lain pula bentuk tekanannya.
Inilah hakikat kehidupan. Kehidupan di dunia adalah ujian dan tekanan. Inilah kenyataan yang perlu diterima sebaiknya.
“Sesungguhnya Kami telah jadikan manusia sentiasa dalam keadaan menghadapi kesulitan dan kesukaran (jasmani dan rohaninya).” (Al-Balad: 4)
Al-Hasan menafsirkan kesulitan dan kesukaran itu: “Kerana manusia akan menghadapi musibah di dunia dan kesulitan di akhirat.”
Hadapi dan Tinggikan Martabatmu di Sisi Allah
Kita berada di alamNya. Kepatuhan kepada Allah bererti kita mesti menerima peraturanNya.
“Dialah Yang telah mentakdirkan adanya mati dan hidup (kamu) - untuk menguji dan menzahirkan keadaan kamu; siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya; dan ia Maha Kuasa (membalas amal kamu), lagi Maha Pengampun, (bagi orang-orang Yang bertaubat).” (Al-Mulk: 2)
Imam al-Mawardi menafsirkan ‘siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya’ sebagai ‘siapakah di kalangan kamu yang lebih redha terhadap ketentuan Allah dan lebih sabar terhadap ujianNya’.
Jangan sesekali menyalahkan takdir. Allah Maha Adil untuk menzalimi manusia.
“Dan Tuhanmu tidak sekali-kali berlaku zalim kepada hamba-hambaNya.” (Fussilat: 46)
Yakinlah bahawa segala yang berlaku adalah dengan takdir Allah. Allah mengkehendaki berlakunya kepayahan dan kesusahan di dalam hidup. Semua itu untuk mengangkat martabat manusia. Lebih tabah kita menghadapinya, lebih tinggi martabat kita di sisi Allah.
Kehidupan generasi awal membuktikan hakikat ini. Mereka diuji dengan pelbagai ujian dalam kehidupan.
Saidina Osman r.a. diuji dengan kematian satu demi satu isterinya (kedua-duanya adalah anak Rasulullah s.a.w.). Rasulullah s.a.w. memujuknya ketika beliau berada di kemuncak kesedihan pulang dari majlis pengkebumian: “Jika aku mempunyai yang ketiga (anak perempuan lain yang masih belum berkahwin) akan ku kahwini denganmu.” Tetapi Rasulullah s.a.w. tidak ada lagi anak perempuan lain dan Saidina Osman r.a. tabah menerima hakikat itu.
Saidina Omar r.a. diuji dengan kemarau dan wabak penyakit yang menimpa negara Islam selama bertahun-tahun. Kulit Saidina Omar r.a. yang asalnya berwarna putih kemerah-merahan bertukar gelap disebabkan kekurangan makan dan minum. Umat Islam ketika itu menangisi keadaan dan kesulitan yang dihadapi oleh Khalifah mereka tetapi Saidina Omar r.a. terus bertekad untuk menjadi manusia yang paling sedikit makan dan minum di kalangan umat Islam sepanjang krisis ini berlaku.
Kenapakah manusia yang berjasa kepada umat Islam juga diuji dengan ujian hidup? Kerana kecintaan Allah kepada mereka. Mereka menghadapi semua itu dengan tabah lalu Allah mengangkat martabat mereka di sisiNya. Kemudian mereka diuji lagi dengan ujian yang lebih besar, mereka menghadapinya dan martabat mereka akan semakin tinggi. Demikian pusingan kehidupan.
Begitulah Kita, Hadapilah ujian hari ini dengan tabah. Bersedialah untuk ujian seterusnya yang lebih besar. Jadilah orang yang kuat untuk menghabiskan baki kehidupan. Moga Allah menempatkan kita di kedudukan yang tinggi di akhirat kelak.
** TIPS :-
- Ummat Islam di negara lain diuji oleh Allah Taala dgn bencana alam; gempa bumi, taufan, banjir, kemiskinan dan lain-lain.
-Setiap kita akan ditanya apa yg kamu buat semasa hidup di dunia, dari mana harta yg kamu perolehi adakah dr sumber yg halal atau haram, kemanakah harta yg kamu perolehi itu kamu belanjakan adakah utk jalan Allah, dakwah atau utk jalan yg sia-sia. Ilmu yg kamu perolehi kemanakah kamu salurkan ilmu yg baik itu adakah kamu mengajarkannya kpd org lain atau kamu mementingkan diri sendiri shj dgn memanfaatkan ilmu itu utk tujuan kesenangan kamu di dunia ini shj.
- Al Imran ayat 102 “Wahai orang2 yg beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar2 benar taqwa dan jangan kamu mati melainkan dalam keadaan kamu menjadi orang-orang Islam”.
Kehidupan kita secara beransur-ansur akan berubah. Masuk ke alam kerjaya. Ada keluarga dan anak-anak. Kenalan semakin meluas dan pelbagai ragamnya.Keperluan kewangan semakin meningkat. Tanggungjawab semakin berat. Semua pihak mula menuntut sesuatu dari kita; dari ibu bapa,anak-anak, suami atau isteri, majikan, , rakan-rakan, kenalan dan sebagainya. Usia pula semakin menua, sekali gus menjadikan jasad tidak selincah dulu.
Ujian dan Tekanan Sunnah Kehidupan
Hari-hari yang dilalui diharapkan semakin mudah, tetapi rupa-rupanya ia tidak berlaku sedemikian. Sebaliknya kita semakin susah. Terlalu banyak perkara di dalam kehidupan ini yang menguji dan menambah tekanan.
Sebelum ini kita mungkin tertekan dengan study dan exam. Rupa-rupanya alam kerjaya tanpa study dan exam jauh lebih berat dan lebih mencabar.
Sebelum ini kita mungkin tertekan kerana hidup seorang diri tanpa pasangan hidup. Rupa-rupanya alam rumahtangga menyelesaikan sebahagian masalah tetapi mengundang masalah lain yang lebih besar.
Semasa bergaji kecil, kita berasa tertekan lalu berusaha untuk mendapatkan pendapatan yang lebih besar. Dapat pendapatan besar, lain pula bentuk tekanannya.
Inilah hakikat kehidupan. Kehidupan di dunia adalah ujian dan tekanan. Inilah kenyataan yang perlu diterima sebaiknya.
“Sesungguhnya Kami telah jadikan manusia sentiasa dalam keadaan menghadapi kesulitan dan kesukaran (jasmani dan rohaninya).” (Al-Balad: 4)
Al-Hasan menafsirkan kesulitan dan kesukaran itu: “Kerana manusia akan menghadapi musibah di dunia dan kesulitan di akhirat.”
Hadapi dan Tinggikan Martabatmu di Sisi Allah
Kita berada di alamNya. Kepatuhan kepada Allah bererti kita mesti menerima peraturanNya.
“Dialah Yang telah mentakdirkan adanya mati dan hidup (kamu) - untuk menguji dan menzahirkan keadaan kamu; siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya; dan ia Maha Kuasa (membalas amal kamu), lagi Maha Pengampun, (bagi orang-orang Yang bertaubat).” (Al-Mulk: 2)
Imam al-Mawardi menafsirkan ‘siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya’ sebagai ‘siapakah di kalangan kamu yang lebih redha terhadap ketentuan Allah dan lebih sabar terhadap ujianNya’.
Jangan sesekali menyalahkan takdir. Allah Maha Adil untuk menzalimi manusia.
“Dan Tuhanmu tidak sekali-kali berlaku zalim kepada hamba-hambaNya.” (Fussilat: 46)
Yakinlah bahawa segala yang berlaku adalah dengan takdir Allah. Allah mengkehendaki berlakunya kepayahan dan kesusahan di dalam hidup. Semua itu untuk mengangkat martabat manusia. Lebih tabah kita menghadapinya, lebih tinggi martabat kita di sisi Allah.
Kehidupan generasi awal membuktikan hakikat ini. Mereka diuji dengan pelbagai ujian dalam kehidupan.
Saidina Osman r.a. diuji dengan kematian satu demi satu isterinya (kedua-duanya adalah anak Rasulullah s.a.w.). Rasulullah s.a.w. memujuknya ketika beliau berada di kemuncak kesedihan pulang dari majlis pengkebumian: “Jika aku mempunyai yang ketiga (anak perempuan lain yang masih belum berkahwin) akan ku kahwini denganmu.” Tetapi Rasulullah s.a.w. tidak ada lagi anak perempuan lain dan Saidina Osman r.a. tabah menerima hakikat itu.
Saidina Omar r.a. diuji dengan kemarau dan wabak penyakit yang menimpa negara Islam selama bertahun-tahun. Kulit Saidina Omar r.a. yang asalnya berwarna putih kemerah-merahan bertukar gelap disebabkan kekurangan makan dan minum. Umat Islam ketika itu menangisi keadaan dan kesulitan yang dihadapi oleh Khalifah mereka tetapi Saidina Omar r.a. terus bertekad untuk menjadi manusia yang paling sedikit makan dan minum di kalangan umat Islam sepanjang krisis ini berlaku.
Kenapakah manusia yang berjasa kepada umat Islam juga diuji dengan ujian hidup? Kerana kecintaan Allah kepada mereka. Mereka menghadapi semua itu dengan tabah lalu Allah mengangkat martabat mereka di sisiNya. Kemudian mereka diuji lagi dengan ujian yang lebih besar, mereka menghadapinya dan martabat mereka akan semakin tinggi. Demikian pusingan kehidupan.
Begitulah Kita, Hadapilah ujian hari ini dengan tabah. Bersedialah untuk ujian seterusnya yang lebih besar. Jadilah orang yang kuat untuk menghabiskan baki kehidupan. Moga Allah menempatkan kita di kedudukan yang tinggi di akhirat kelak.
** TIPS :-
- Ummat Islam di negara lain diuji oleh Allah Taala dgn bencana alam; gempa bumi, taufan, banjir, kemiskinan dan lain-lain.
-Setiap kita akan ditanya apa yg kamu buat semasa hidup di dunia, dari mana harta yg kamu perolehi adakah dr sumber yg halal atau haram, kemanakah harta yg kamu perolehi itu kamu belanjakan adakah utk jalan Allah, dakwah atau utk jalan yg sia-sia. Ilmu yg kamu perolehi kemanakah kamu salurkan ilmu yg baik itu adakah kamu mengajarkannya kpd org lain atau kamu mementingkan diri sendiri shj dgn memanfaatkan ilmu itu utk tujuan kesenangan kamu di dunia ini shj.
- Al Imran ayat 102 “Wahai orang2 yg beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar2 benar taqwa dan jangan kamu mati melainkan dalam keadaan kamu menjadi orang-orang Islam”.
Monday, December 29, 2008
KEMBARA KE TANAH MINANG
Monday, December 15, 2008
Subscribe to:
Comments (Atom)

